indoartnews.com ~ Kaulinan Urang Lembur merupakan simulasi hidup bermasyarakat, melalui budaya permainan yang dilakukan secara individu maupun kolektif, telah menjadi bagian dari sistem pendidikan alami yang dilakukan secara turun temurun. Di Kota Bandung budaya Kaulinan Barudak pernah mencapai kejayaannya, dengan hampir di setiap wilayah Rukun Tangga selalu didapati sekelompok anak-anak melakukan aktivitas bermain.
Namum, memasuki era digital tahun 1980 an, terjadi perubahan teknologi dari mekanik dan elektronik analog ke teknologi digital, mempengaruhi perubahan gaya hidup warga. Oleh karena itu penting untuk menggali potensi kaulinan tradisional di tengah gempuran budaya global agar dapat didokumentasikan, dibangkitkan, dan diperkenalkan kembali pada generasi muda.
Bebentengan
Bebentengan atau bentengan adalah permainan yang dimainkan oleh dua grup, masing - masing terdiri dari 4 sampai dengan 8 orang. Masing - masing grup memilih suatu tempat sebagai markas, biasanya sebuah tiang atau pilar sebagai 'benteng'. Tujuan utama permainan ini adalah untuk menyerang dan mengambil alih 'benteng' lawan dengan menyentuh tiang atau pilar yang telah dipilih oleh lawan dan meneriakkan kata benteng. Kemenangan juga bisa diraih dengan 'menawan' seluruh anggota lawan dengan menyentuh tubuh mereka. Untuk menentukan siapa yang berhak menjadi 'penawan' dan yang 'tertawan' ditentukan dari waktu terakhir saat si 'penawan' atau 'tertawan' menyentuh 'benteng' mereka masing – masing.
Peupeusingan
Peusing adalah nama sebuah binatang yang berkepala runcing ke depan. Sedangkan peupeusingan adalah sebuah permainan yang menyerupai peusing. Permainan ini dimainkan biasanya malam hari sebelum waktunya tidur yaitu dengan media sarung. Pertama, sarung itu dibeberkan dilantai atau “palupuh” untuk rumah panggung. Dua, ujung terlentang di atas sarung tersebut kedua tangannya kanan dan kirinya dimasukan kedalam bentuk segi tiga tersebut.
Setelah pas si anak kemudian berguling menjadi posisi sujud maka anak tersebut dalam posisi tersebut akan terlihat seperti “peusing” dengan kepala yang meruncing kedepan. Diapun maju dengan meliuk-liukkan badannya mengejar teman atau saudara-saudaranya, yang lainpun berlarian menghindarinya. Mereka pun bergantian siapa yang menjadi peusing. Permainan ini berakhir ketika orang tuanya menyuruhnya untuk tidur.
Permainan Galah Bandung
Permainan Galah Bandung tidak jauh berbeda dengan galah jidar ataupun galah palang. Baik aturan bermain maupun caranya. Yang membedakan permainan ini adalah palang garis rintang yang diganti dengan kaki pemain lawan.
Awal permainan setiap pemain dalam kelompok diharuskan melewati susunan kaki lawan dengan cara melompat secara bolak-balik. Pada awal dua permainan lawan di susun saling menumpang membentuk rintangan. Setelah melewati susunan kaki, seterusnya para pemain harus melewati kaki yang dibentuk segi empat, prisma, pyramid, dan lainnya. Pemenang ditentukan bila seluruh pemain dapat menyelesaikan seluruh rangkaian rintangan.
Patepung Balung
Permainan yang membutuhkan beberapa orang anak, masing-masing tangan dikepalkan dan di tumpukan ditengah, dengan posisi berurutan dan saling bersilangan tangan kanan dengan tangan kanan temannya. Setelah bertumpuk mereka menyanyikan:
Patipung tipung balung
Pamenyan-menyan sapi
Pacelu cepa hiji
Kemudian tangan seorang anak yang paling bawah kepalannya dibuka jadi “namprak” atau terbuka. Kemudian nyanyian tersebut diulang sampai semua terbuka. Setelah semua terbuka dan saling menempel maka diteruskan dengan dengan menggoyang-goyangkan tangan bersamaan sambil menyanyikan:
Kahilir-kagirang mawa rerenteng
Korosak gubrag
Tangannya dibanting ke bawah, dan saling melepaskan tangannya dari tumpukan. Permainan ini banyak dimainkan kelompok anak perempuan. Bermain di “buruan” halaman menjelang sore hari.
Bebeletokan
Bebeletokan adalah mainan yang menghasilkan suara tok yang dihasilkan dari bilah bambu kecil yang disumbat dan ditekan dari atas. Bebeletokan dimainkan tidak mengenal musim tetapi lebih dominan ketika kemarau tiba. Dibuat dari bambu, dengan batang kecilnya bagian ranting tetapi dipakai yang sudah tua dan kuat. Cara memainkannya adalah dengan memasukan daun-daunan yang dihancurkan pada lubang dan ditekan dengan pegangan pada pemasukan kedua akibat tekanan dari atas, udara keluar dipaksa dan daun yang pertama dimasukan tadi akan keluar dengan mengeluarkan bunyi “tok”. Pada masa sekarang mereka menggunakan kertas yang dikunyah sebagai pengganti daun dan suara yang dihasilkan lebih keras.
Hahayaman
Hayam artinya ayam jadi hahayaman adalah bertindak seperti ayam, atau menyerupai tindakan hayam. Pada jaman dahulu untuk membawa ayam adalah dengan sebuah alat yang terbuat dari anyaman bambu, (di pelosok desa masih dapat dilihat alat untuk membawa ayam tersebut) dalam wadah itu ayam akan kelihatan hanya sebatas leher ke atas bagian bawahnya ada di dalam wadah.
Boy-Boyan
Permainan yang dilakukan berkelompok, seperti pada galah asin satu kelompok menjaga yang lainnya berusaha menghindari bola yang dilemparkan oleh kelompok penjaga. Sambil berusaha menyusun kembali tumpukan genteng yang runtuh setelah dilempar bola pada awal permainan di mulai. Permainan boy-boyan dilakukan dengan memakai benda-benda pendukung diantaranya adalah potongan genting atau bisa diganti oleh batu yang berbentuk pipih bila yang berada di dekat sungai.
Perepet jengkol
Permainan yang dilakukan oleh tiga sampai empat orang, dengan cara mengkaitkan kaki kanan ke belakang dengan kaki temannya begitupun ketiga teman yang lainya. Mereka berloncatan sambil memutar di iringi nyanyian :
Perepet jengkol jajahean
Kadempet-kadempet jejeretean
Kalau salah seorang jatuh menyebabkan seluruh anak berjatuhan juga. Permainan ini membutuhkan kekompakan dan keselarasan saat melakukan loncatan.
Paciwit-ciwit lutung
Permainan saling mencubit antar temannya biasanya untuk meredam keinginan mencubit seorang anak, tetapi suka di mainkan juga oleh anak yang lebih besar di kala senggang. Permainan ini saling mencubit dan berputar yang paling bawah naik keatas secara berurutan ini mengajarkan tenggangrasa kepada sesama temannya.Adapun permainan ini sering di iringi dengan nyanyian yang terus diulang – ulang :
Paciwit-ciwit lutung
Silutung pindah ka luhur
Galah Asin
Galah Asin atau di daerah lain disebut Galasin, Gobak Sodor, Gobek adalah sejenis permainan tradisional hampir di seluruh wilayah tanah air. Permainan ini adalah sebuah permainan grup yang terdiri dari dua grup, dimana masing-masing tim terdiri dari 4 orang. Inti permainannya adalah menghadang lawan agar tidak bisa lolos melewati garis atau wilayah ke baris atau wilayah terakhir secara bolak-balik, dan untuk meraih kemenangan seluruh anggota grup harus secara lengkap melakukan proses bolak-balik dalam area lapangan yang telah ditentukan.
Galah Jidar
Hampir disemua wilayah tanah air permainan tradisional galah jidar dapat ditemui dengan istilah daerah masing-masing. Permainan bisa dilakukan oleh dua orang atau lebih. Namun paling sering permainan dilakukan secara beregu atau berkelompok. Setiap regu atau kelompok terdiri dari masing-masing 3 hingga bisa mencapai belasan orang. Inti permainannya adalah melewati batang (garis) yang menjadi rintangan untuk dilangkahi dengan jumlah langkah semampu mungkin.
Sapintrong
Dikalangan anak-anak perempuan permainan sapintrong merupakan permainan yang sangat digemari. Selain dibutuhkan strategi maupun kekuatan fisik, para pemain pun dituntut untuk berlaku jujur dan sportif.
Permainan diwali dengan menentukan dua orang yang harus menjaga kedua ujung tali atau karet. Setelah ditentukan petugas yang memegang karet dan urutan pemain, permainan pun dilakukan dengan diawali lompatan biasa. Setelah semua pemain mendapat giliran, sistim atau aturan melompat, mulai dari awal memasuki putaran karet hingga cara melompat harus sesuai yang disepakati bersama.
Lompat Karet (luncat Tinggi)
Disejumlah daerah permainan lompat karet yang dilakukan anak perempuan paling mudah ditemui. Baik istilah maupun aturan bermain hampir semuanya sama. Permainan diawali dengan terlebih dahulu menentukan siapa yang mempunyai tugas awal untuk menjaga. Setelah pemegang karet sudah ditentukan baru giliran siapa yang berhak untuk melakukan lompatan pertaman dan seterusnya.**
Penulis : Heri Setiawan Penyunting Trifanti Andayani