Minggu, 27 Oktober 2024 | 05:31 WIB

Ketua DPRD Asep Mulyadi: Kota Bandung Dalam Ancaman Krisis Sampah

foto

BANDUNG, indoartnews.com ~ Isu lingkungan dan permasalahan sampah kembali menjadi sorotan masyarakat Kota Bandung. Menyusul kondisi kritis di tempat pembuangan akhir (TPA) Sarimukti dalam dua minggu terakhir, Ketua DPRD Kota Bandung, H. Asep Mulyadi, SH, mengungkapkan kekhawatirannya akan potensi darurat sampah jilid kedua.

Dalam bincang-bincang di Basa Basi Podcast PWI Kota Bandung pada 15 Oktober 2024, Kang Asmul, sapaan akrabnya, mengemukakan bahwa pengelolaan sampah merupakan tantangan yang kompleks. "Sampah ini bisa menjadi kawan atau lawan. Jika dikelola dengan baik, sampah bisa memberi manfaat, tetapi sebaliknya, jika tidak, justru menjadi masalah," ujarnya.

Kang Asmul menegaskan bahwa penanganan masalah sampah tidak bisa dilakukan secara mandiri oleh Kota Bandung. Keterlibatan daerah lain, seperti Kota Cimahi, Kabupaten Bandung Barat, dan Sumedang, juga sangat penting. "Kita perlu bekerja sama, karena masalah ini tidak hanya milik Kota Bandung," jelasnya.

Dia menambahkan bahwa Pemerintah Provinsi Jawa Barat perlu segera menyiapkan lahan alternatif untuk penampungan sampah, mengingat TPA Sarimukti sudah overload. "Peran Pemerintah Provinsi sangat penting dalam menyediakan tempat untuk menanggulangi masalah ini," ungkapnya.

Lebih lanjut, Kang Asmul mengusulkan bahwa pengurangan sampah perlu dilakukan secara kolektif oleh kota dan kabupaten di sekitar Bandung. "Kita harus mampu mengurangi buangan sampah, terutama sampah organik, yang seharusnya bisa dikelola sendiri oleh masing-masing daerah," tegasnya, merujuk pada program "Kang Pisman" yang tengah diterapkan di Kota Bandung.

Meskipun demikian, Kang Asmul mengakui bahwa edukasi masyarakat mengenai pemilahan sampah membutuhkan waktu. "Proses ini melibatkan perubahan budaya dan perilaku masyarakat. Namun, dengan pendekatan yang serius dan terencana, hal ini dapat direalisasikan," imbuhnya.

Dia juga menyoroti pentingnya kerjasama dengan pihak swasta dalam pengelolaan sampah. "Kita perlu lebih dari sekadar mengumpulkan dan membuang sampah. Program seperti Kampus Manis perlu diperkuat untuk mendidik masyarakat tentang pengolahan sampah," katanya.

Kang Asmul menekankan bahwa pengelolaan sampah harus melibatkan semua pemangku kepentingan, termasuk dukungan anggaran untuk pemerintah wilayah dalam mengimplementasikan program-program seperti magotisasi. "Inisiatif ini dapat menghasilkan pakan ikan dan produk daur ulang lainnya," tambahnya.

Mengakhiri pembicaraan, Kang Asmul berharap semua pihak dapat bersatu dalam menangani isu lingkungan yang menjadi tantangan bersama. "Kita perlu kerjasama pentahelix, termasuk peran media, untuk memberikan penyadaran kepada warga. Isu lingkungan adalah tanggung jawab kita semua," pungkasnya.**