Sabtu, 27 September 2025 | 01:40 WIB

kenangan-guru-sultan-abyan-fattan-sma-5-bandung

Doa dan Kenangan Guru SMA 5 Bandung untuk Sultan Abyan Fattan

foto

Tiga guru SMA Negeri 5 Bandung hadir di Pengadilan Negeri Bandung, Rabu (24/9/2025), untuk memberikan dukungan moral bagi keluarga almarhum Sultan Abyan Fattan. Dari kiri: Rezki Duntikasari (Guru BK kelas 12), Tanti Winduri (Guru Bahasa Inggris), dan Gita Oktaviana (Guru BK saat Fatan kelas 10).

BANDUNG, indoartnews.com – Suasana haru menyelimuti ruang sidang Pengadilan Negeri (PN) Kelas I Bandung, Rabu, 24 September 2025, ketika kasus kecelakaan maut di Jalan Anggrek kembali digelar. Sidang tersebut tidak hanya dihadiri keluarga korban, tetapi juga tiga orang guru SMA Negeri 5 Bandung yang datang memberikan dukungan moral. Mereka adalah Rezki Duntikasari (Guru BK kelas 12), Tanti Winduri (Guru Bahasa Inggris), dan Gita Oktaviana (Guru BK ketika Fatan kelas 10). Kehadiran mereka menjadi bukti eratnya ikatan emosional sekolah dengan almarhum Sultan Abyan Fattan.

Dalam kesaksiannya, Gita Oktaviana mengenang Fatan sebagai siswa yang tenang, sopan, dan aktif di sekolah. “Dia anak yang tidak banyak tingkah, orang tuanya pun selalu mendukung penuh kegiatan sekolah. Jadi saat dengar Fatan meninggal, kami benar-benar kaget,” ucapnya.

Kenangan lain disampaikan Rezki Duntikasari. Ia masih ingat bagaimana Fatan sempat bercanda di sekolah beberapa hari sebelum kecelakaan. Saat itu Fatan dipapah temannya sambil berkata, “Bu, saya pingsan!” seraya mengangkat salah satu kakinya seolah terluka. “Kami pikir itu gurauan, ternyata menjadi kenangan terakhir yang sangat membekas,” ujarnya.

Sementara itu, Tanti Winduri mengenang Fatan sebagai siswa yang ceria dan penuh hormat kepada gurunya. “Dia menyapa saya dengan ramah, ‘Miss Santi, assalamualaikum,’ sambil cium tangan,” kisahnya. Panggilan akrab itu, yang kerap dilontarkan Fatan, masih teringat jelas di benak Tanti. “Anak yang interaktif di kelas dan disenangi banyak teman. Rasanya masih terbayang sampai sekarang,” ujarnya dengan suara bergetar.

Selain dikenal aktif di kelas, Fatan juga merupakan pemain basket yang tangguh. Kepergiannya meninggalkan duka mendalam bagi rekan satu tim dan lingkar pertemanannya yang luas sejak SD hingga SMP. “Banyak yang merasa kehilangan, dari teman basket hingga sahabat-sahabatnya. Itu menunjukkan dia anak yang baik dan disenangi banyak orang,” kata Gita menambahkan.

Para guru menegaskan, kehilangan Fatan bukan hanya kehilangan seorang murid, tetapi juga kehilangan sosok remaja dengan masa depan cerah. “Usianya baru 17 tahun, tapi kesannya begitu dalam bagi kami semua. Kehilangan ini berat sekali,” ujar Tanti. Mereka pun mendoakan agar Fatan mendapat tempat terbaik di sisi-Nya dan keluarga diberi ketabahan menghadapi cobaan ini.**