
JAKARTA, indoartnews.com – KAMAJAYA Business Club (KBC) Jakarta Raya kembali menggelar kopi darat (kopdar) di SABI (Sambal Bini), Jakarta, pada Sabtu (1/2/2025). Acara ini menjadi ajang diskusi bagi alumni Universitas Atma Jaya Yogyakarta yang bergerak di dunia bisnis dan profesional.
Lebih dari sekadar networking, pertemuan ini menyoroti pentingnya kolaborasi dalam bisnis, strategi pengelolaan modal, serta membangun usaha yang berkelanjutan. Beberapa tokoh yang hadir dalam diskusi ini antara lain Sekar Tyas Nareswari (praktisi sales di AZKO dan founder Master Sales Mentor PT Takon Pakar Edutainment), Donny Riantori (technopreneur), Dedy "Tani Keren" (CEO PT Bhumee Artani Nusantara), serta Debora Aprianita (financial planner dan founder Soko Financial).
Turut hadir Kristiawan Atmadi (founder Backyard Autoglanz), Karter Pasaribu (aktor film dan praktisi event organizer), Mia Ilmas (Certified Tax Consultant), serta Ivan Teguh Khristian, tuan rumah sekaligus pemilik SABI serta beberapa bisnis lainnya.
UMKM Harus Berani Scale-Up dan Berkolaborasi
Dalam diskusi yang berlangsung hangat, Ivan Teguh Khristian menekankan bahwa UMKM harus berani berkembang dan tidak hanya bergantung pada bantuan pemerintah.
"Kalau ingin naik kelas, kita harus menciptakan nilai yang jelas di brand atau bisnis kita. Jika ada nilai, investor akan datang dengan sendirinya," ujar Ivan.
Ia juga menambahkan bahwa permodalan bukan kendala utama selama dikelola dengan strategi yang tepat.
"Hutang bukan musuh dalam bisnis. Justru, jika dikelola dengan bijak, hutang bisa menjadi alat untuk mempercepat pertumbuhan usaha," tambahnya.
Sementara itu, Sekar Tyas Nareswari menekankan bahwa kolaborasi bisnis bisa menjadi solusi bagi pelaku usaha yang menghadapi keterbatasan modal.
"Kadang orang takut berbisnis karena merasa harus punya modal besar sendiri. Padahal, kalau kita pintar berkolaborasi, bisnis bisa jalan tanpa harus 100% dari kantong sendiri," katanya.
Senada dengan itu, Dedy "Tani Keren" mengingatkan pentingnya pendirian badan usaha agar bisnis lebih profesional dan dipercaya investor.
"Kalau bisnisnya sudah berkembang, jangan lupa mendirikan badan usaha yang jelas. Dengan begitu, kita bisa bayar pajak, pegawai bisa digaji sesuai UMR, dan bisnis kita lebih kredibel," ujarnya.
Pentingnya Literasi Keuangan dan Persiapan Pensiun
Debora Aprianita menyoroti pentingnya literasi keuangan, terutama dalam hal perencanaan pensiun.
"Persiapan pensiun seharusnya dimulai sejak usia 45 tahun, bukan saat sudah mendekati masa pensiun di usia 55. Dengan persiapan lebih awal, kita punya waktu untuk menyusun strategi keuangan yang lebih matang," jelasnya.
Sementara itu, Donny Riantori menekankan bahwa anak-anak perlu dibekali pemahaman tentang keuangan modern.
"Mereka harus memahami cara mengelola uang, bukan hanya sekadar menabung. Generasi muda juga perlu mengenal berbagai instrumen investasi seperti bitcoin, kripto, dan investasi digital lainnya," ujarnya.
Di sisi lain, Kristiawan Atmadi berbagi pengalamannya tentang pentingnya membangun jejaring bisnis sejak dini.
"Saat kuliah di Teknik Industri International Atma Jaya Yogyakarta, saya dan teman-teman sudah mulai membangun networking, tidak hanya di Indonesia tetapi juga ke luar negeri. Mindset wirausaha harus ditanamkan sejak awal," ungkap Kris.
KBC Jakarta Raya Luncurkan Program Gathering dan 'Kamis Chemistry'
Dalam pertemuan ini, anggota KBC sepakat untuk mengadakan gathering setiap tiga bulan sekali serta menggelar event besar di bulan Agustus dengan topik spesifik seputar bisnis. Selain itu, KBC Jakarta Raya akan meluncurkan program "Kamis Chemistry", sebuah forum diskusi bisnis yang dikemas secara santai namun berbobot melalui live Instagram.
"Kamis Chemistry ini akan menjadi wadah bagi alumni Atma Jaya untuk terus belajar dan berbagi pengalaman dalam dunia bisnis," ujar Sekar.
Sementara itu, Fransiscus Go, Ketua KBC, menegaskan bahwa dengan adanya gathering rutin dan program edukasi ini, komunitas KBC berharap dapat memperkuat sinergi antar-alumni, membuka peluang bisnis, serta memberikan manfaat nyata bagi seluruh anggotanya.
"Bisnis bukan hanya soal modal, tetapi bagaimana kita saling berbagi nilai dan sumber daya untuk tumbuh bersama," tutup Fransiscus.**